Ledakan kompor gas 3 kg yang marak terjadi belakangan ini salah satunya disebabkan banyaknya persambungan antara tabung gas dan kompor. Terdapat tiga persambungan gas yang bisa memicu kobocoran pada tipe kompor gas yang beredar di masyarakat saat ini, yakni di persambungan antara katup tabung dan regulator, regulator dan selang, serta selang dan kompor.

Untuk meminimalkan kecelakaan akibat kebocoran tersebut, Badan Pengkajian Penerapan Teknologi atau BPPT membuat rancang desain kompor gas ukuran 3 kg yang lebih aman dengan titik persambungan yang lebih minim.

"Kompor gas 3 kg yang ada saat ini ada tiga persambungan. Nah, semuanya ini memiliki risiko kebocoran. Dengan desain yang baru ini hanya ada satu persambungan, artinya akan lebih mudah diawasi dan lebih aman," kata Direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi BPPT Arya Rezavidi di Gedung BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (29/6/2010).

Dalam prototipe yang ditunjukkan kepada Kompas.com, desain kompor buatan BPPT itu tampak jelas berbeda dengan kompor yang ada saat ini. Jika pada kompor gas 3 kg yang ada saat ini memiliki kompor terpisah yang dipisahkan dengan regulator dan selang gas, maka kompor buatan BPPT bagian pembakaran atau kepala kompor langsung disambungkan ke tabung gas melalui regulator. Kompor ini tidak jauh berbeda dengan kompor gas kecil yang biasa dipakai saat berkemah.

"Dengan desain seperti ini sebetulnya lebih aman karena hanya ada satu persambungan. Dengan demikian, kompor mudah perawatan dan diawasi dari kemungkinan bocor," terang Reza.

Dalam pemakaian untuk memasak, kompor dan tabung gas ini bisa "dibungkus" dengan menggunakan badan kompor untuk menahan penggorengan atau panci.

"Mengenai posisi kepala kompor yang lebih dekat dengan tabung gas, kami jamin ini aman karena tabung gas ini tahan sampai 50 bar, artinya katup gas akan terlepas jika tekanannya lebih dari itu dan tidak akan bisa meledak," tutur Reza.

Menurut dia, rancang desain kompor ini sebenarnya sudah pernah diajukan ke Kementerian (dulu Departemen) Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 2007 saat wacana konversi minyak tanah ke gas sedang digodok. "Namun, saat itu masih belum bisa diterima karena ada salah persepsi. Waktu itu ditakutkan posisi kepala kompor yang terlalu dekat dengan tabung bisa memicu ledakan. Padahal tidak dan justru sangat aman karena tahan tekanan tinggi," ujarnya.

Melihat kondisi banyaknya kecelakaan akibat kebocoran gas belakangan ini, Reza mengatakan bahwa desain kompor BPPT diharapkan bisa menjadi alternatif bagi pemerintah untuk menyediakan komponen memasak yang lebih aman.

"Pekan lalu kami sudah ajukan (desain dan prototipe) ke Wakil Presiden Boediono melalui Menristek. Saat ini masih dibahas kemungkinan revisi desainnya," kata dia.


Sumber Artikel :http://sains.kompas.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

read comments

APAKAH Anda pernah pijat? Sebagian orang akan menjawab pernah bahkan sering. Bukan hanya bisa memulihkan anggota tubuh yang terkilir, pijat juga menghilangkan pegal-pegal yang mendera tubuh. Walhasil, sehabis pijat tubuh yang kelelahan terasa lebih segar. Tak heran, banyak orang menjadikan pijat salah satu rutinitas setiap akhir pekan atau setiap bulan.

Bahkan, buat masyarakat di kota besar seperti Jakarta, banyak yang melakukan pijat sebagai terapi menangkal stres dan kejenuhan. Maklum, tekanan hidup dan pekerjaan di kota besar terbilang tinggi. Makanya, usaha massage therapy terus berkembang di kota-kota besar macam Jakarta.

Jika dilakukan dengan besar, massage therapy memang bisa mendatangkan banyak manfaat. Pemijatan akan meregangkan dan merelaksasi otot sehingga pergerakan persendian kita akan lebih luwes. Dengan begitu, tingkat pergerakan tubuh seseorang juga lebih meningkat.

Pijat memiliki banyak kegunaan lain. Pijat bisa membantu meningkatkan sirkulasi darah dan kelenjar getah bening. Tekanan pada pijatan juga bisa menstimulasi kelenjar kulit untuk menjaga kulit tetap dingin dan lembab.

Lakukan screening sebelum pemijatan

"Terapi pijat bisa juga membantu tubuh melepaskan beberapa unsur kimia tertentu sehingga tubuh menjadi rileks karena telah membuang racun yang terbentuk pada otot ketika otot sedang bekerja," jelas Soehardi, Direktur Fisioterapi, Klinik Sasana Husada.

Terapi pijat dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Pasalnya, ketika tubuh stres, kemampuan sistem imun tubuh menurun. Saat itulah, kuman dan virus dengan mudah masuk ke tubuh kita. Tak sedikit pula pasien pijat merasa lebih baik secara psikologis dengan sentuhan dan kontak dengan pemijat atau terapis.

Tirza Z. Tamin, Kepala Divisi Rehabilitasi Cedera Olah Raga Departemen Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumi (RSCM), Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menambahkan, terapi pijat sejatinya terbagi menjadi dua bagian.

Pertama, wellness massage. Pijat jenis ini biasanya dilakukan saat tubuh tidak sakit. "Tapi, tubuh butuh relaksasi untuk menghilangkan penat setelah bepergian jauh," ajar Tirza.

Aroma terapi dan alunan musik syahdu dan tenang biasanya menyertai wellness massage. Tujuannya, menciptakan suasana rileks. Tapi, Tirza bilang, pemberian aroma terapi ini harus sesuai kondisi pasien. Misalnya, bagi pasien yang mengidap penyakit asma, harus menggunakan aroma terapi khusus untuk memperlancar pernafasan.

Kedua, medical massage. Pemijatan jenis ini biasanya dilakukan untuk penyembuhan. Misalnya, otot tenang lantaran posisi tidur yang salah. Atau, bisa juga karena adanya tumor yang menyempitkan kelenjar limfa di ketiak yang mengakibatkan pembengkakan lengan.

"Untuk ini memang perlu dilakukan medical massage untuk sesuatu patologis yang memang terjadi," ujar Tirza.

Medical massage biasanya menggunakan minyak tertentu. Yang perlu diingat, pemijatan tak boleh dilakukan jika pasien mengalami kondisi khusus. Contoh, pada pasien yang punya luka terbuka, pemijatan justru akan memperparah luka nya. Demikian pula, bila pasien tumor akut.

"Tidak boleh diberikan pemijatan karena bisa menyebabkan tumor pecah dan menjalar ke bagian tubuh lain," kata Tirza.

Karena itu, sebelum melakukan terapi pijat, pasien sebaiknya melakukan screening atau pemeriksaan awal untuk mengidentifikasi kondisinya. Selain untuk menentukan terapi pbat yang tepat, ini juga menghindarkan pasien dari kondisi yang lebih buruk.

Tirza juga mengingatkan pasien tetap berhati-hati memilih tempat pijat. "Harus betul-betul bisa dipertanggungiawabkan." seru Tirza. (Tunggul Joko Pamungkas)


Sumber Artikel :http://kesehatan.kompas.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

read comments

Kebanyakan orang pernah mengalami kesemutan kala duduk bersila terlalu lama atau tertidur dengan tangan tertindih kepala. Jangan sepelekan gejala yang satu ini karena kesemutan dapat menjadi indikasi dari banyak penyakit, seperti diabetes melitus, hipertensi, saraf terjepit, gangguan aliran darah pada pembuluh darah tepi, maupun gangguan darah.

Seperti diungkapkan Dr Tiara Anindhita, SpS, dari Departemen Neurologi FKUI/RSCM, kesemutan atau dalam istilah medis disebut parestesia merupakan sensasi spontan yang abnormal pada daerah persarafan tertentu.

Secara normal, manusia bisa merasakan sensasi tertentu setelah ada rangsangan atau stimulus yang sesuai. Contohnya, merasa, meraba, menyentuh, menekan, nyeri, dan sebagainya. Sensasi tersebut baru muncul bila ada stimulus. Dan sensasinya, tentu saja, harus sesuai dengan stimulusnya. Jadi kalau kita diraba, kita akan merasakan sensasi diraba.

Sementara pada parestesia, sensasinya muncul spontan tanpa ada stimulus. Bisa berupa rasa panas seperti terbakar, tidak enak, kesemutan, seperti ditusuk-tusuk.

Parestesia atau kesemutan adalah terminologi untuk suatu gejala dan bukan diagnosis penyakit. Itu sebabnya gejala parestesia bisa dijumpai pada berbagai penyakit yang mengenai saraf, terutama saraf di bagian perifer.

Berbagai penyebab
Sebagai gambaran, sistem saraf manusia terbagi atas saraf sentral (otak dan sumsum tulang) dan perifer, yaitu serabut saraf yang keluar dari sentral menuju organ-organ yang perlu dipersarafi, seperti kulit, otot, organ dalam perut, dan jantung. Jadi mirip komputer yang memiliki unit pemrosesan sentral (CPU) dan tersambung dengan kabel konektor.

Adanya kelainan pada saraf perifer disebut neuropati. Penyebabnya bisa bermacam-macam. Selain diabetes, juga bisa akibat penyakit autoimun, tiroid, vaskular, dan sebagainya. Gejala parestesia juga bisa disebabkan oleh kelainan saraf yang lebih berat, seperti tumor di daerah sumsum tulang atau gejala sisa pasca-stroke.

Gejala antara parestesia dan neuropati sangat berbeda. Pada neuropati, kesemutan yang muncul sangat khas. Biasanya di telapak kaki kemudian telapak tangan serta simetris kanan dan kiri.

"Sering disebut daerah stocking gloves, seperti layaknya memakai sarung tangan dan kaus kaki," ujar spesialis saraf lulusan FKUI ini.

Pada kelainan di sumsum tulang atau otak, daerah yang mengalami kesemutan sangat bervariasi, tergantung lokasi saraf yang terkena. Pada kasus neuropati yang lebih berat, kesemutan bisa diikuti rasa nyeri atau gangguan gerak pada tangan dan kaki.

Karena penekanan
Selain menjadi gejala penyakit, kesemutan juga bisa muncul secara fisiologis. Posisi tubuh tertentu yang tidak berubah dalam waktu cukup lama, seperti duduk bersila, bisa timbul rasa kesemutan.

Hal ini, disebutkan Dr Dita, karena terhambatnya aliran darah ke daerah saraf tertentu akibat penekanan yang terus-menerus dalam waktu lama. "Sehingga saraf mengalami 'kekurangan makanan' sesaat, yang ditandai rasa kesemutan itu," katanya.

Untuk menghindarinya, kita mesti rajin mengubah posisi dan melakukan gerakan ringan secara periodik agar aliran darah tetap lancar. Satu hal lagi, di negara-negara Barat, kesemutan juga bisa terjadi karena konsumsi alkohol berlebihan. Sementara di Indonesia, kesemutan sering berkaitan dengan nutrisi, yaitu kekurangan asupan vitamin B12.

Berikut ini sejumlah penyakit yang ditandai oleh gejala kesemutan.

Diabetes melitus (DM)
Pada pasien DM, kesemutan merupakan gejala kerusakan pada pembuluh darah. Akibatnya, darah yang mengalir di ujung-ujung saraf berkurang. Kondisi ini dapat diatasi dengan mengendalikan kadar gula darah secara ketat, juga mengonsumsi obat seperti gabapentin, vitamin B1 dan B12.

Stroke
Kesemutan dapat jadi tanda stroke ringan. Biasanya disebabkan sumbatan pada pembuluh darah di otak, yang mengakibatkan kerusakan saraf setempat. Gejala lain yang muncul: rasa kebas separuh badan, lumpuh separuh badan, buta sebelah mata, sukar bicara, pusing, penglihatan ganda dan kabur.

Gejala berlangsung beberapa menit atau kurang dari 24 jam. Biasanya terjadi pada waktu tidur atau baru bangun. Kondisi ini harus ditangani karena bisa berkembang menjadi stroke berat.

Penyakit jantung
Kesemutan tak hanya akibat neuropati tekanan, tetapi karena komplikasi jantung dengan sarafnya. Pada pasien jantung yang sedang menjalani operasi pemasangan klep, terdapat bekuan darah yang menempel. Bekuan itu bisa terbawa aliran darah ke otak sehingga terjadi serebral embolik.
Bila sumbatan di otak mengenai daerah yang mengatur sistem sensorik, si penderita akan merasakan kesemutan sebelah. Jika daerah yang mengatur sistem motorik juga terkena, kesemutan akan disertai kelumpuhan.

Infeksi tulang belakang
Ini menyebabkan bagian tubuh dari pusar ke bawah tak dapat digerakkan. Penderita tak dapat mengontrol buang air kecil. Buang air besar pun sulit.
Penyakit ini dinamakan mielitis (radang sumsum tulang belakang). Tingkat kesembuhan tergantung dari kerusakannya. Bisa sembuh sebagian, tetapi ada juga yang lumpuh.

Rematik
Penyakit ini bisa menimbulkan kesemutan atau rasa tebal. Dalam hal ini saraf terjepit akibat sendi pada engsel, misalnya sendi pergelangan tangan, berubah bentuk. Gejala kesemutan biasanya hilang sendiri bila rematik sembuh.

Spasmofilia (tetani)
Gejala kesemutan juga bisa merupakan tanda penyakit spasmofilia (tetani). Penyakit ini timbul karena kadar ion kalsium dalam darah berkurang. Penyebabnya adalah menurunnya tegangan karbon dioksida dalam paru-paru. Gejala lain: kejang pada tungkai, sulit tidur, emosi labil, takut, lemah, sakit kepala sebelah atau migrain, dan hilang kesadaran.

Guillain-barre syndrome
Kesemutan bisa jadi salah satu indikasi penyakit ini. Ditandai gejala demam tinggi, batuk, dan sesak napas. Juga diikuti rasa kesemutan dan kebas. Kesemutan biasanya terasa di sekujur tubuh, khususnya pada ujung jari kaki dan tangan karena virus menyerang sistem saraf tepi. Bila keadaan itu tidak segera diatasi, serangan akan berlanjut ke organ vital. Akibatnya, penderita merasa sesak napas dan lumpuh di seluruh tubuh.

Cytomegalovirus (CMV)
Ada kesemutan yang didahului flu berat. Kesemutan akan menghebat mulai dari ujung jari, menjalar hingga ke pusar. Penderita bisa hanya merasa kebas atau sampai sulit berjalan, berarti sumsum tulang belakang kena radang. Ini akibat serangan virus, biasanya cytomegalovirus. (Abdi Susanto/Diana Yunita Sari)

Sumber Artikel :http://kesehatan.kompas.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

read comments